30 April 2013 oleh H. James Darsan Tonny, SH.MH
Setiap manusia pasti mengalami segala macam cobaan, oleh sebab itu mari kita pelajari bagaimana cara kita menghadapi cobaan dari ALLAH SWT :
Pertama: MengIMANi takdir ilahi
Setiap menghadapi cobaan hendaklah seseorang tahu bahwa setiap yang
Allah takdirkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi
pastilah terjadi. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“
Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”
[1]
Beriman kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat
seseorang semakin ridho dengan setiap cobaan. Ibnul Qayyim mengatakan,
“Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang
Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki
tidak akan terjadi.”
[2]
Kedua: Yakinlah, ada hikmah di balik cobaan
Hendaklah setiap mukmin mengimani bahwa setiap yang Allah kehendaki
pasti ada hikmah di balik itu semua, baik hikmah tersebut kita ketahui
atau tidak kita ketahui.
[3] Allah
Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
(115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ
الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)
“
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada
Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)
Allah
Ta’ala juga berfirman,
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ (38) مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ
“
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya
melainkan dengan haq.” (QS. Ad Dukhan: 38-39)
Ketiga: Ingatlah bahwa musibah yang kita hadapi belum seberapa
Ingatlah bahwa Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam
sering mendapatkan cobaan sampai dicaci, dicemooh dan disiksa oleh
orang-orang musyrik dengan berbagai cara. Kalau kita mengingat musibah
yang menimpa beliau, maka tentu kita akan merasa ringan menghadapi
musibah kita sendiri karena musibah kita dibanding beliau tidaklah
seberapa. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي
“
Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.”
[4]
Dalam lafazh yang lain disebutkan,
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
“
Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.”
[5]
Keempat: Ketahuilah bahwa semakin kuat iman, memang akan semakin diuji
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
«
الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى
حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ
كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ
الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا
عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“
Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi.
Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya
begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya
lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba
senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi
dalam keadaan bersih dari dosa.”
[6]
Kelima: Yakinlah, di balik kesulitan ada kemudahan
Dalam surat Alam Nasyroh, Allah
Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6). Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,
لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ
“
Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”
[7]
Keenam: Hadapilah cobaan dengan bersabar
'Ali bin Abi Tholib
radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.
“
Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh
karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang
tidak memiliki kesabaran.”
[8]
Yang dimaksud dengan bersabar adalah menahan hati dan lisan dari
berkeluh kesah serta menahan anggota badan dari perilaku emosional
seperti menampar pipi dan merobek baju.
[9]
Ketujuh: Bersabarlah di awal musibah
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
“
Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.”
[10] Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.
Kedelapan: Yakinlah bahwa pahala sabar begitu besar
Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan, “Pahala bagi orang yang
bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan
mendapatkan ketinggian derajat.” As Sudi mengatakan, “Balasan orang yang
bersabar adalah surga.”
[11]
Kesembilan: Ucapkanlah “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un ...”
Ummu Salamah -salah satu istri Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى
مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى
مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا
تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم-.
“
Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala
sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah
ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang
lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan
menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do'a sebagaimana yang Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam.”[12]
Do'a yang disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh
seorang muslim ketika ia ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami.
Insya Allah, dengan ini ia akan mendapatkan ganti yang lebih baik.
Kesepuluh: Introspeksi diri
Musibah dan cobaan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang pernah kita
perbuat baik itu kesyirikan, bid’ah, dosa besar dan maksiat lainnya.
Allah
Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
“
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30). Maksudnya adalah karena sebab dosa-dosa yang dulu pernah diperbuat.
[13]
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Akan disegerakan siksaan bagi orang-orang
beriman di dunia disebabkan dosa-dosa yang mereka perbuat, dan dengan
itu mereka tidak disiksa (atau diperingan siksanya) di akhirat.”
[14]